Aku menunggu. Kamu
menunggu. Meski terkadang menunggu tak seinci pun menyeret kita untuk bertemu
di titik rindu. Tapi, adakah yang lebih indah dan syahdu dari dua jiwa yang
saling menunggu? Yang tak saling menyapa, tapi diam-diam mengucap nama dalam
doa? - Azhar Nurun Ala, Jatuh.
Untuk saat ini, aku
memang tidak tahu apa-apa tentang keberadaan hati kamu. Tapi aku meyakinkan
hati bahwa kamu sedang mengumpulkan keyakinan untuk menerimaku. Itu wajar,
karena aku tahu kamu adalah wanita yang berhati-hati. Wanita yang benar-benar
memikirkan bagaimana kehidupannya kelak. Apakah aku baik untuk masa depanmu
atau tidak. Itulah kenapa terkadang kamu tampak angkuh. Tentunya, kamu tidak
ingin menyesal kan dengan pilihan kamu? Karena ini hidupmu. Semua itu wajar kok
terjadi padamu.
Ah, seandainya aku
tahu kamu sedang menungguku atau setidaknya aku tahu kecondongan hati kamu.
Betapa indah dunia yang sedang kujalani ini. Tapi aku yakin, semua keletihan
ini akan terbayar setelah kamu terima cintaku. Disitu aku akan sujud
syukur atas segala doa-doa yang kupanjatkan untukmu.
Walau seperti itu,
kekhawatiran itu tetap ada. Kekhawatiran ketika kita tidak diizinkan untuk
bersama. Kekhawatiran ketika aku harus menerima kenyataan. Kekhawatiran tatkala
kata-kata penghibur harus kubaca dan kudengar setiap waktu. Semua itu mengalir
lembut dalam jiwa setiap waktu. Hanya ketika melihat kamulah kekhawatiran itu
sirna. Semoga saja kamu juga mendoakan agar rasa khawatir ini hilang.
Setidaknya, jika kita tidak berjodoh, semoga Alloh menentramkan hati ini dengan
ketetapannya.